dan pola pikirmu
--dua hal asing yang sedang aku dalami,
diam-diam
Tanpa pernah kau dengar,
--juga tak usahlah kau dengar.
Aku, dan teman-temanku membicarakanmu dengan hanya batasan satu telinga
sering dan selalu:
tentang rupamu,
pintarmu,
sampai
bahasan
orangtua kami
pasti
suka
sama
kamu.
sekali pandang.
Dan siapa sangka,
aku yang menanggapinya biasa sejak dulu,
justru jadi satu-satunya yang masih membicarakanmu sekarang
bicara sendiri, aku
dengan jiwaku
Aku ingin bicara leluasa denganmu.
Mendengar politik-politikmu,
yang sejujurnya tidak kumengerti
tapi aku suka.
dan aku mau dengar.
semuanya.
biar aku dengar semuanya.
bicaralah kamu, seharian mungkin pula
aku mendengarkan.
biarlah aku bosan di tengah kebingungan menerka-nerka meninggalnya Munir dalangnya siapa,
dimulai dari pertanyaan "Kamu bahagia gak sama hidupmu?"
Percayalah.
Setiap kamu ada,
aku bahagia.
maafkan kebisuanku,
dan kepura-puraanku terlihat dingin
sejujurnya aku hanya sedang bingung
menyapamu baiknya bagaimana
(biar gak dikacangin aja, sih.)